Pencarian

Senin, 19 Juli 2010

Etika Profesionalisme Analis

I. Pendahuluan

A. Pengantar Etika

Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral. Setiap orang memilki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperhatikanya atau tidak memperhatikanya secara eksplisit. Kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak sehingga lazim memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat dijadikan undang-undang atau peraturan yang berlaku akibat dari sifat nilai-nilai etika itu yang sangat tergantung pada pertimbangan seseorang.

Terdapat enam ilustrasi prinsip-prinsip etika yang disarankan. Antara lain keterpercayaan (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Penghargaan (respect) mencakup gagasan-gagasan seperti kesopanan, kesopansantunan, harga diri, toleransi, dan penerimaan. Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggung jawab atas tindakan seseorang serta melakukan pengendalian diri. Kesepadanan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesejajaran, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, serta perlindungan hukum. Perhatian (caring) berarti secara sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan sesamanya. Kewarganegaraan (citizenship) termasuk di dalamnya adalah kepatuhan pada undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan dengan baik.

Etika sebagai sebuah nilai yang menjadi pegangan sesorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku didalam kehidupan kelompok tersebut, tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis.

B. Pelanggaran Etika

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya tindakan tidak etis. Bebarapa faktor yang berpengaruh pada keputusan atau tindakan-tindakan tidak etis dalam sebuah perusahan antara lain adalah :

a. Kebutuhan Individu

Kebutuhan individu merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan-tindakan tidak etis. Misalnya seseorang bisa saja melakukan korupsi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pribadi daalam kehidupan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi tersebut sering kali memancing individu melakukan yang tidak etis.

b. Tidak ada Pedoman

Tindakan tidak etis bisa saja mulcul karena tidak adanya pedpman atau prosedur-prosedur yang baku tentang bagaimana melakukan sesuatu. Hal itu membuka peluang bagi orang untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya melupakan pelanggaran etika dalam komunitasnya.

c. Perilaku dan Kebiasaan Individu

Tindakan tidak etis juga bisa muncul karena perilaku dan kebiasaan iidividu, tanpa memperhatikan faktor lingkungan dimana individu tersebut berada.

d. Lingkungan Tidak Etis

Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya sudah ada dalam suatu lingkungan dapat mempengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan hal serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikologi sosial, dimana anggotan mencari konformitas dengan lingkunga dan kepercayaan pada kelompok. Kepercayaan disini berarti bahwa kelompok memiliki nilai kebenaran yang lebih tinggi. Maksudnya bila ditemukan perbedaan maka seseorang cenderung memutuskan bahwa dirinya keliru dan kelompoknyalah yang benar.

e. Perilaku Atasan

Atasan yang terbiasa melakukan tindakan tidak etis, dapat mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaannya untuk melakukan hal serupa. Hal itu terjadi karena dalam kehidupan sosial sering kali berlaku pedoman tidak tertulis bahwa apa yang dilakukan atasan akan menjadi contoh bagi anak buahnya.

C. Pengantar Analis Sistem

Analis Sistem adalah orang yang menganalisa sistem dengan mempelajari masalah-masalah yang timbul dan menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai serta mengidentifikasikan pemecahan yang beralasan.

Pengetahuan dan keahlian Analis Sistem antara lain :

1. Pengetahuan dan keahlian tentang teknik pengolahan data, teknologi komputer, dan pemrograman komputer

2. Pengetahuan tentang bisnis secara umum

3. Pengetahuan tentang metoda kuantitatif

4. Ahli memecahkan masalah kompleks ke masalah terkecil

5. Ahli berkomunikasi dan membina hubungan

Tanggung Jawab Analis Sistem :

1. Tanggung jawab Analis Sistem tidak hanya pada pembuatan program komputer saja tetapi pada sistem secara keseluruhan

2. Memiliki pengetahuan yang luas dalam rangka pengembangan sistem

3. Pekerjaan analisis sistem dalam pembuatan program terbatas pada pemecahan masalah secara garis besar

4. Menjalin hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka menunjang proses-proses pengembangan sistem

Tugas seorang Analis :

1. Mengumpulkan dan menganalisa segala dokumen-dokumen, file-file, formulir-formulir yang digunakan pada sistem yang sedang berjalan

2. Menyusun laporan sistem yang sedang berjalan, mengevaluasi, dan melaporkan segala kekurangan kepada pemakai sistem

3. Merancang perbaikan-perbaikan pada sistem tersebut dan menyusun sistem baru

4. Menganalisa dan menyusun perkiraan biaya yang diperlukan untuk sistem yang baru dan memberikan argumen tentang keuntungan apa saja dari sistem yang baru

5. Mengawasi segala kegiatan yang ada terutama berkaitan dengan penerapan sistem yang baru

D. Pengukuran Profesionalisme

Profesionalisme diperoleh melalui sebuah proses. Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan organisasi dan sistematis untuk mengembangkan profesi ke arah status profesional. Untuk mengukur sebuah profesionalisme, secara teoritis menurut Gilley Dan Eggland (1989), standar profesional dapat diketahui dengan empat perspektif pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan berorientasi filosofis

a. Pendekatan lambang profesional, misal : sertifikat, lisensi, akreditasi.

b. Pendekatan sikap individu, misal : kebebasan personal, pelayanan umum, pengembangan sikap individual, dan aturan-aturan yang bersifat pribadi.

c. Pendekatan electic, bahwa proses profesional merupakan satu kesatuan kemampuan, hasil kesepakatan, dan standar tertentu.

2. Pendekatan perkembangan bertahap

a. Berkumpulnya individu-individu yang memiliki minat yang sama terhadap suatu profesi.

b. Melakukan identifikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu.

c. Organisasi formal sebagai sebuah organisasi profesi.

d. Membuat kesepakatan mengenai persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu.

e. Menentukan kode etik profesi yang menjadi aturan.

f. Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu.

3. Pendekatan berorientasi karakteristik

a. Kode etik profesi

b. Pengetahuan yang terorganisir

c. Keahlian dan kompetensi

d. Tingkat pendidikan minimal dari sebuah profesi

e. Sertifikat keahlian

f. Proses tertentu untuk memangku sebuah profesi

g. Kesempatan menyebarluaskan dan bertukar ide

h. Tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi pelanggaran kode etik.

4. Pendekatan berorientasi non-tradisional

Pendekatan non-tradisional menyatakan bahwa seseorang dengan bidang ilmu tertentu diharapkan dapat melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan sebuah profesi. Orientasi ini memandang perlu adanya identifikasi elemen-elemen penting untuk sebuah profesi, misalnya standarisasi profesi untuk menguji kelayakannya dengan kebutuhan lapangan, sertifikasi profesional, dan sebagainya.

II. Profesionalisme Analis Sistem

A. Memiliki latar pendidikan tertentu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang software engineer.

B. Memperbaharui dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya sesuai perkembangan teknologi.

C. Memiliki kompetensi dan tanggung jawab pribadi.

Referensi

* Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius.

* Simarmata, Janner. 2008. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

* Wahyono, Teguh. 2009. Etika Komputer: Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. 702.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar