Pencarian

Selasa, 20 Juli 2010

Perancangan Terstruktur

Perancangan terstruktur berfungsi mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi secara berjenjang dalam bentuk modul dan submodul. Bagan terstruktur ini menggambarkan hubungan elemen data dan elemen kontrol serta hubungan antar modulnya.
A. Modularitas
Memisahkan proses-proses ke dalam bentuk modul-modul yang terstruktur.
Manfaat :
1. Memudahkan penggunaan
2. Memudahkan memodifikasi
3. Mengendalikan kompleksitas program dan meningkatkan modifiabilitas
4. Penyembunyian informasi baik variabel maupun metoda

B. Karakteristik Modul yang Baik
1. Logical Coherant
Modul hanya mengandung satu fungsi saja.
2. Independent
Modul dapat dites sendiri-sendiri tanpa harus menunggu modul lain selesai
3. Ukuran Modul
Satu modul maksimal 50-70 baris

C. Modul Program dan Parameter
Modul program didefinisikan namanya dan akan dipanggil lewat nama tersebut untuk dieksekusi. Modul dapat dibuat sehingga beberapa harga/nilai yang akan diolah modul tersebut baru diberikan pada saat eksekusi, biasanya harga/nilai ini diberikan melalui nama yang disebut parameter.
Parameter adalah nama yang dipakai modul untuk berkomunikasi dengan modul yang lain. Parameter Formal merupakan nama yang dipakai dalam mendefinisikan modul, sedangkan parameter aktual adalah nama yang diberikan ketika pemanggilan modul.

D. Pemrograman Top-Down dan Bottom-Up
1. Top-Down
Mendefinisikan modul utama terlebih dahulu, kemudian menyusun submodul berikutnya. Ciri-ciri :
- Modul mengimplementasikan proses tunggal, logis, dapat berdiri sendiri dan mudah dipahami
- Modul harus independen, tidak bergantung pada implementasi di modul lainnya
- Modul akan relatif pendek
2. Bottom-Up
Mendefinisikan modul dari tingkat yang paling rendah, diuji, dan diintegrasikan ke tingkat selanjutnya dan diuji kembali. Hal ini biasanya dilakukan ketika masalah sangat kompleks sehingga perlu mendefinisikan proses demi proses.

E. Atribut Dasar
1. Masukan (apa yang diterima “Pemanggil) dan keluaran (apa yang dikembalikan ke “Pemanggil”)
2. Fungsi, apa yang dilakukan terhadap masukan untuk menghasilkan keluaran.
3. Mekanik, bagaimana modul melakukan fungsinya.
4. Data Internal

F. Ciri-ciri Pemrograman Modular
1. Modul yang dibentuk mempunyai kesatuan atau tugas fungsi maupun kesatuan proses.
2. Setiap modul harus memiliki single entry dan single exit secara beruntun dari atas ke bawah atau dari awal ke akhir modul.
3. Memiliki main program dan subprogram atau modul
4. Lebih sering menggunakan structure chart.

G. Sifat dan Persyaratan Pembuatan Modul
1. Sifat
- Memiliki nama sebagai referensi
- Dapat digunakan oleh modul lain dengan “call”
- Seluruhnya berada pada satu tempat dalam listing atau memori
2. Persyaratan
- Bentuknya grafis
- Pendekatan secara top-down
- Komprehensip
- Dapat memperkirakan perilaku sistem
- Merupakan keluaran dari analisa tersusun
- Merupakan sebuah masukan implementasi
- Merupakan dokumen sistem
- Sebagai alat bantu pemeliharaan atau modifikasi sistem

H. Langkah-langkah Pemrograman Modular
1. Definisi masalah
2. Kelompok aktifitas ke dalam modul
3. Buat bagan susun untuk menjelaskan hirarki dan hubungan antar modul
4. Inventarisasi apa saja yang dikerjakan dalam main program
5. Buat logika dari main program dengan pseudocode
6. Buat logika untuk tiap-tiap modul dengan pseudocode
7. Cek kebenaran algoritma dengan data

I. Komunikasi Antar Modul
1. Parameter
a. Parameter Data
b. Parameter Kontrol

2. Kopling
Kopling adalah ukuran ketergantungan antara bagian program atau prosedur dengan satu atau lebih data, keeratan hubungan antar modul, tingkat ketergantungan diantara dua modul atau lebih.
a. Kopling Data
Komunikasi di antara modul menggunakan data. Sebaiknya jumlah data minimal karena semakin sedikit parameter data, semakin baik.
b. Kopling Stamp
Dua modul melakukan pass struktur data nomor global yang sama (struktur data record, array)
c. Kopling Control
Dua modul melakukan pass menggunakan data control.
d. Kopling Eksternal
Dua modul atau lebih menggunakan data global yang sama.
e. Kopling Common
Dua modul menggunakan struktur data global yang sama

3. Kohesi
Kohesi adalah ukuran besarnya suatu instruksi dalam modul program untuk melakukan tugas bersama.
a. Kohesi Functional
- Mempunyai satu tugas
- Menghasilkan satu hasil
- Bisa satu atau lebih parameter input
b. Kohesi Sequential
- Mempunyai tugas beruntun
- Kegiatan yang dilakukan lebih dari satu
- Hasil dari kegiatan sebelumnya menjadi masukan bagi kegiatan selanjutnya
- Dapat dipecah menjadi functional
c. Kohesi Communicational
- Kegiatan lebih dari satu
- Menggunakan data yang sama
- Dapat dijadikan functional
d. Kohesi Procedural
- Satu kegiatan dengan kegiatan lain tidak berhubungan
- Hubungan antara elemen yang satu dengan lainnya karena urutan statement
- Dapat dipecah menjadi functional
e. Kohesi Temporal
- Elemen-elemen terlibat dalam berbagai kegiatan yang mempunyai hubungan dalam waktu
- Urutan tidak penting
f. Kohesi Logical
- Elemen-elemen melakukan kegiatan dengan kategori yang sama
- Parameter masukan menentukan kegiatan yang dilaksanakannya
- Tidak semua kegiatan dikerjakan
g. Kohesi Coincidental
- Elemen-elemen yang tidak mempunyai hubungan

J. Kriteria Perancangan Lain
a. Ukuran Modul
Banyaknya instruksi yang berada dalam suatu modul
b. Factoring
- Menurunkan/merinci modul menjadi beberapa modul yang lebih kecil
- Membagi kegiatan/fungsi suatu modul ke dalam beberapa modul yang menjadi subordinate dari modul tersebut
- Mengurangi atau mempelajari ukuran modul
- Memperoleh program yang bersifat modular
- Menghasilkan modul yang independen
- Menyederhanakan implementasi
c. Fan-in
Merupakan banyaknya subordinate langsung dari suatu modul-modul.
d. Fan-Out
Banyaknya boss dari suatu subordinate
e. Restrictivity/Generality
Restrictivity : Modul-modul yang terlalu khusus
Generality : Modul-modul yang terlalu Umum
f. Inisialisasi dan terminalisasi
Modul ini dibuat untuk memproses data yang digabungkan menurut waktu. Baik pada awal program atau kondisi tertentu di dalam program
g. Laporan Error
Modul ini dibuat umum untuk menampilkan semua error yang terjadi dalam program

State Transition Diagram

A. Pengertian
 STD merupakan suatu modelling tool yang menggambarkan sifat ketergantungan pada waktu dari suatu sistem
 Pada mulanya hanya digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang memiliki sifat real-time:
 Process Control
 Telephone Switching System
 High-Speed Data Acquisition System
 Military Command and Control System
 Dua macam cara kerja sistem ini

 Passive
Sistem tidak melakukan kontrol terhadap lingkungan (environment) tetapi lebih bersifat memberikan reaksi atau menerima data saja.
Suatu sistem yang tugasnya mengumpulkan / menerima data melalui sinyal yang dikirimkan oleh satelit.

 Active
Sistem melakukan kontrol terhadap ling-kungan secara aktif. Sistem sanggup menerima high-speed external sources of data dan dalam waktu singkat (real time) memberikan response terhadap lingkungan sesuai dengan program yang telah ditentukan

Sistem komputer yang ditempatkan pada peluru kendali atau sistem yang digunakan pada proses control.

B. Notasi
 State, disimbolkan dengan segi empat
 Transisi State atau perubahan state, disimbolkan dengan panah berarah
 State ialah kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan seseorang atau suatu benda pada waktu tertentu, bentuk keberadaan tertentu atau kondisi tertentu.
 Menunggu user mengisi password
 Memanaskan campuran kimia
 Menunggu instruksi berikutnya
 Menunggu nada panggilan
 dll.

C. Pembuatan State
1. Identifikasikan setiap kemungkinan state dari sistem dan gambarkan masing-masing state pada sebuah kotak. Lalu buatlah hubungan antara state tersebut.
2. Kita mulai dengan state pertama dan kemudian dilanjutkan dengan state-state berikutnya sesuai dengan flow yang diinginkan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Pada umumnya system analyst akan langsung berhadapan dengan user ketika menggambarkan STD, paling tidak pada waktu pertama kali membuat STD, baru kemudian dilakukan fine tuning atau pembetulan terhadap prosedur / flow yang keliru.
 Setelah STD selesai dibuat perlu dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi yang ada dengan cara:
 Apakah semua state telah didefinisikan?
Periksa kembali apakah semua state telah tercakup di dalamnya atau masih ada condition yang belum terdeteksi
 Apakah semua state dapat dicapai / diakses
Periksa apakah semua state dapat dicapai / diakses
 Apakah kita bisa exit dari setiap state?
Setiap state harus memiliki successor atau output kecuali dia merupakan final state
 Pada setiap state, apakah sistem dapat memberikan response tehadap semua condition yang mungkin terjadi?
Perubahan state harus dapat terjadi untuk segala macam kondisi, artinya sistem harus dapat pula mendeteksi bila terdapat condition / action yang tidak diharapkan

Network Layer (2)

Kendali lalu lintas

Konsep kendali lalulintas dalam sebuah jaringan packet-switching adalah komplek dan memiliki pendekatan yang banyak. Mekanisme kendali lalulintas mempunyai 3 tipe umum, yaitu flow control, congestion control dan deadlock avoidance.

Flow Control digunakan untuk mengatur aliran data dari dua titik. Flow control juga digunakan untuk hubungan yang bersifat indirect, seperti misal dua titik dalam sebuah jaringan packet-switching di mana kedua endpoint-nya merupakan sirkit maya. Secara fundamental dapat dikatakan bahwa fungsi dari flow control adalah untuk memberi kesempatan kepada penerima (receiver) agar dapat mengendalikan laju penerimaan data, sehingga ia tidak terbanjiri oleh limpahan data.

Congestion Control digunakan untuk menangani terjadinya kemacetan. Terjadinya kemacetan bisa diterangkan lewat uraian berikut. Pada dasarnya, sebuah jaringan packet-switched adalah jaringan antrian. Pada masing-masing node, terdapat sebuah antrian paket yang akan dikirimkan ke kanal tertentu. Apabila kecepatan datangya suatu paket dalam sebuah antrian lebih besar dibandingkan kecepatan pentransferan paket, maka akan muncul efek bottleneck. Apabila antrian makin panjang dan jumlah node yang menggunakn kanal juga bertambah, maka kemungkinan terjadi kemacetan sangat besar.

Teknik deadlock avoidance digunakan untuk mendisain jaringan sehingga deadlock tidak terjadi karena akibat dari efek congestion, yaitu suatu kondisi di mana sekelompok node tidak bisa meneruskan pengiriman paket karena tidak ada buffer yang tersedia.
Bentuk deadlock yang paling sederhana adalah direct store-and-forward deadlock. Lihat gambar --> situasi antara node A dan node B berinteraksi penuh dan deadlock terjadi.

Bentuk deadlock kedua adalah indirect store-and-forward deadlock. Hal ini terjadi tidak pada sebuah link tunggal seperti bentuk deadlock di muka. Pada tiap node, antrian yang ditujukan untuk node terdekatnya bersifat searah dan menjadi penuh.


Bentuk deadlock yang ketiga adalah reassembly deadlock. Situasi di mana node C memiliki 4 paket terdiri dari paket 1 tiga buah dan sebuah paket 3. Seluruh buffer penuh dan tidak mungkin lagi menerima paket baru.

Network Layer

Circuit Switching dan Data Switching

Pada Cicuit Switching, koneksi yang ada bersifat point to point. Hal ini akan menambah jalur ketika terjadi penambahan jumlah koneksi, akibatnya cost bertambah dan pengaturan switching sangat kompleks. Kelemahan yang lain adalah munculnya idle time bagi jalur yang tidak digunakan. Model circuit switching, biasanya mentransmisikan data dengan kecepatan yang konstan, sehingga untuk menggabungkan suatu jaringan dengan jaringan lain yang berbeda kecepatan tentu akan sulit diwujudkan.

Pemecahan yang baik yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan di atas adalah dengan metoda data switching. Metode ini memecah data dengan besar tertentu dan pada tiap pecahan data ditambahkan informasi kendali. Informasi kendali ini, dalam bentuk yang paling minim, digunakan untuk membantu proses pencarian rute dalam suatu jaringan sehingga pesan dapat sampai ke alamat tujuan. Contoh pemecahan data menjadi paket-paket data:

Penggunaan Data Switching mempunyai keuntungan dibandingkan dengan penggunaan Circuit switching antara lain :

1. Efisiensi jalur lebih besar karena hubungan antar node dapat menggunakan jalur yang dipakai bersama secara dianmis tergantung banyakanya paket yang dikirm.
2. Bisa mengatasi permasalah data rate yang berbeda antara dua jenis jaringan yang berbeda data rate-nya.
3. Saat beban lalulintas menignkat, pada model circuit switching, beberapa pesan yang akan ditransfer dikenai pemblokiran. Transmisi baru dapat dilakukan apabila beban lalu lintas mulai menurun. Sedangkan pada model data switching, paket tetap bisa dikirimkan, tetapi akan lambat sampai ke tujuan (delivery delay meningkat).
4. Pengiriman dapat dilakukan berdasarkan prioritas data. Jadi dalam suatu antrian paket yang akan dikirim, sebuah paket dapat diberi prioritas lebih tinggi untuk dikirm dibanding paket yang lain. Dalam hal ini, prioritas yang lebih tinggi akan mempunyai delivery delay yang lebih kecil dibandingkan paket dengan prioritas yang lebih rendah.

Senin, 19 Juli 2010

Studi Kelayakan SI

1. Tujuan Studi Kelayakan
a. Memperhitungkan sifat penyusunan sistem dengan memperhitungkan keberadaan masalah dan sifat masalah.
b. Memperhitungkan jangkauan masalah.
c. Mengajukan aksi-aksi yang dapat menyelesaikan masalah.
d. Memperhitungkan kelayakan penyusunan sistem yang diajukan.
e. Menyusun rencana detil untuk langkah analisis sistem.
f. Menyusun rencana ringkasan untuk seluruh proyek penyusunan sistem.

2. Rencana Studi Kelayakan
a. Permintaan untuk penyusunan sebuah sistem
b. Pengumpulan fakta
c. Studi kelayakan awal
d. Penyusunan rencana proyek
e. Membuat draft kelayakan proyek untuk diajukan
f. Persetujuan proyek

3. Langkah-langkah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah studi kelayakan antara lain :
- Menentukan unit mana yang yang akan menggunakan;
- Mengantisipasi kemungkinan keterbatasan dan kendala pada penerapannya;
- Memperhitungkan kendala-kendala sistem;
- Menentukan target;
- Mengantisipasi kendala waktu;
- Merencanakan dan memperkirakan biaya proyek.

a. Pengumpulan Fakta
Aktivitas yang dilakukan pada pengumpulan fakta terdiri dari :
Interview : mengumpulkan informasi secara langsung dengan pemakai untuk pemahaman sistem, masalah-masalah sistem, dan permintaan pemakai;
Presentasi internal : jika diperlukan, seorang analis meminta personel bagian untuk presentasi internal yang menggambarkan atau menampilkan informasi dalam bagian itu;
Pemeriksaan literatur internal : pemeriksaan dokumen, bagan organisasi, DFD, flowchart, dan manual-manual yang berkaitan dengan sistem informasi dan sistem operasi bagian terkait;
Pengamatan : melakukan observasi langsung untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dari awal sampai akhir;
Pemeriksaan file-file yang berhubungan dengan pemrosesan.

b. Studi Kelayakan Awal
Kelayakan Teknis
Jika tim penyusunan sistem dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan hardware dan software yang tersedia (yang ada atau yang dimiliki).
Kelayakan Operasi
Jika tim penyusunan sistem dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan personel dan prosedur yang tersedia.
Kelayakan Ekonomi
Jika tim penyusunan sistem dapat menyelesaikan masalah dalam waktu dan anggaran biaya yang masuk akal, artinya keuntungan sistem melebihi keuntungan biaya penyusunan sistem.

c. Menyusun Rencana Proyek
Rencana proyek adalah pernyataan tentang jangkauan proyek, jadual proyek, sumberdaya untuk menyelesaikan proyek, dan biaya proyek.
Tujuan Rencana Proyek :
 Menjadual penggunaan sumber daya yang dibutuhkan
 Menentukan tahap-tahap utama dalam proyek untuk mengamati kemajuan proyek
 Memperkirakan anggaran proyek yang berguna untuk melanjutkan proyek
 Menyusun petunjuk untuk membuat keputusan melanjutkan atau tidak melanjutkan
 Menyusun kerangka kerja untuk mengukur kebenaran dan kelengkapan langkah-langkah dalam proyek
Peralatan untuk menyusun rencana proyek meliputi :
1] Context diagram / Diagram Konteks
2] Workflow / aliran kerja
3] Time Schedule / Penjadualan waktu
4] Diagram PERT

4. Dokumen Studi Kelayakan :
a. Ringkasan Eksekutif : Pengantar, ringkasan-ringkasan penemuan, rekomendasi
b. Deskripsi Masalah : ringkasan interview, pengamatan dan dokumentasi yang dikumpulkan selama studi kelayakan.
c. Tujuan-tujuan penyelesaian masalah : Pernyataan tujuan-tujuan sistem baru atau sistem yang diperbaiki.
d. Hambatan-hambatan : hambatan yang ada dalam penyusunan sistem.
e. Studi kelayakan : pernyataan kelayakan ekonomis, teknis, dan operasional dari sistem yang diajukan
f. Rencana-rencana penyusunan sistem :
- Jangkauan penyusunan sistem
- Tugas-tugas yang dilakukan
- Jadual untuk melakukan tugas-tugas tersebut
- Tim penyusunan sistem
g. Penyelesaian potensial yang berisi deskripsi karakteristik utama sistem baru atau sistem yang diperbaiki
h. Rekomendasi-rekomendasi analisis sistem
i. Persetujuan-persetujuan
j. Lampiran
- Permintaan penyusunan sistem
- Memorandum
- Ringkasan pengamatan
- Dokumentasi :
 Bagan-bagan organisasi
 Flowchart
 Workflow
 DFD
 Manual prosedur
- Dokumentasi kelayakan (tabel atau form)
- Dokumen rencana :
 Bagan-bagan PERT
 Time Schedule
 Jadual-jadual lainnya

Etika Profesionalisme Analis

I. Pendahuluan

A. Pengantar Etika

Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral. Setiap orang memilki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperhatikanya atau tidak memperhatikanya secara eksplisit. Kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak sehingga lazim memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat dijadikan undang-undang atau peraturan yang berlaku akibat dari sifat nilai-nilai etika itu yang sangat tergantung pada pertimbangan seseorang.

Terdapat enam ilustrasi prinsip-prinsip etika yang disarankan. Antara lain keterpercayaan (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Penghargaan (respect) mencakup gagasan-gagasan seperti kesopanan, kesopansantunan, harga diri, toleransi, dan penerimaan. Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggung jawab atas tindakan seseorang serta melakukan pengendalian diri. Kesepadanan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesejajaran, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, serta perlindungan hukum. Perhatian (caring) berarti secara sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan sesamanya. Kewarganegaraan (citizenship) termasuk di dalamnya adalah kepatuhan pada undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan dengan baik.

Etika sebagai sebuah nilai yang menjadi pegangan sesorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku didalam kehidupan kelompok tersebut, tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis.

B. Pelanggaran Etika

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya tindakan tidak etis. Bebarapa faktor yang berpengaruh pada keputusan atau tindakan-tindakan tidak etis dalam sebuah perusahan antara lain adalah :

a. Kebutuhan Individu

Kebutuhan individu merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan-tindakan tidak etis. Misalnya seseorang bisa saja melakukan korupsi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pribadi daalam kehidupan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi tersebut sering kali memancing individu melakukan yang tidak etis.

b. Tidak ada Pedoman

Tindakan tidak etis bisa saja mulcul karena tidak adanya pedpman atau prosedur-prosedur yang baku tentang bagaimana melakukan sesuatu. Hal itu membuka peluang bagi orang untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya melupakan pelanggaran etika dalam komunitasnya.

c. Perilaku dan Kebiasaan Individu

Tindakan tidak etis juga bisa muncul karena perilaku dan kebiasaan iidividu, tanpa memperhatikan faktor lingkungan dimana individu tersebut berada.

d. Lingkungan Tidak Etis

Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya sudah ada dalam suatu lingkungan dapat mempengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan hal serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikologi sosial, dimana anggotan mencari konformitas dengan lingkunga dan kepercayaan pada kelompok. Kepercayaan disini berarti bahwa kelompok memiliki nilai kebenaran yang lebih tinggi. Maksudnya bila ditemukan perbedaan maka seseorang cenderung memutuskan bahwa dirinya keliru dan kelompoknyalah yang benar.

e. Perilaku Atasan

Atasan yang terbiasa melakukan tindakan tidak etis, dapat mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaannya untuk melakukan hal serupa. Hal itu terjadi karena dalam kehidupan sosial sering kali berlaku pedoman tidak tertulis bahwa apa yang dilakukan atasan akan menjadi contoh bagi anak buahnya.

C. Pengantar Analis Sistem

Analis Sistem adalah orang yang menganalisa sistem dengan mempelajari masalah-masalah yang timbul dan menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai serta mengidentifikasikan pemecahan yang beralasan.

Pengetahuan dan keahlian Analis Sistem antara lain :

1. Pengetahuan dan keahlian tentang teknik pengolahan data, teknologi komputer, dan pemrograman komputer

2. Pengetahuan tentang bisnis secara umum

3. Pengetahuan tentang metoda kuantitatif

4. Ahli memecahkan masalah kompleks ke masalah terkecil

5. Ahli berkomunikasi dan membina hubungan

Tanggung Jawab Analis Sistem :

1. Tanggung jawab Analis Sistem tidak hanya pada pembuatan program komputer saja tetapi pada sistem secara keseluruhan

2. Memiliki pengetahuan yang luas dalam rangka pengembangan sistem

3. Pekerjaan analisis sistem dalam pembuatan program terbatas pada pemecahan masalah secara garis besar

4. Menjalin hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka menunjang proses-proses pengembangan sistem

Tugas seorang Analis :

1. Mengumpulkan dan menganalisa segala dokumen-dokumen, file-file, formulir-formulir yang digunakan pada sistem yang sedang berjalan

2. Menyusun laporan sistem yang sedang berjalan, mengevaluasi, dan melaporkan segala kekurangan kepada pemakai sistem

3. Merancang perbaikan-perbaikan pada sistem tersebut dan menyusun sistem baru

4. Menganalisa dan menyusun perkiraan biaya yang diperlukan untuk sistem yang baru dan memberikan argumen tentang keuntungan apa saja dari sistem yang baru

5. Mengawasi segala kegiatan yang ada terutama berkaitan dengan penerapan sistem yang baru

D. Pengukuran Profesionalisme

Profesionalisme diperoleh melalui sebuah proses. Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan organisasi dan sistematis untuk mengembangkan profesi ke arah status profesional. Untuk mengukur sebuah profesionalisme, secara teoritis menurut Gilley Dan Eggland (1989), standar profesional dapat diketahui dengan empat perspektif pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan berorientasi filosofis

a. Pendekatan lambang profesional, misal : sertifikat, lisensi, akreditasi.

b. Pendekatan sikap individu, misal : kebebasan personal, pelayanan umum, pengembangan sikap individual, dan aturan-aturan yang bersifat pribadi.

c. Pendekatan electic, bahwa proses profesional merupakan satu kesatuan kemampuan, hasil kesepakatan, dan standar tertentu.

2. Pendekatan perkembangan bertahap

a. Berkumpulnya individu-individu yang memiliki minat yang sama terhadap suatu profesi.

b. Melakukan identifikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu.

c. Organisasi formal sebagai sebuah organisasi profesi.

d. Membuat kesepakatan mengenai persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu.

e. Menentukan kode etik profesi yang menjadi aturan.

f. Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu.

3. Pendekatan berorientasi karakteristik

a. Kode etik profesi

b. Pengetahuan yang terorganisir

c. Keahlian dan kompetensi

d. Tingkat pendidikan minimal dari sebuah profesi

e. Sertifikat keahlian

f. Proses tertentu untuk memangku sebuah profesi

g. Kesempatan menyebarluaskan dan bertukar ide

h. Tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi pelanggaran kode etik.

4. Pendekatan berorientasi non-tradisional

Pendekatan non-tradisional menyatakan bahwa seseorang dengan bidang ilmu tertentu diharapkan dapat melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan sebuah profesi. Orientasi ini memandang perlu adanya identifikasi elemen-elemen penting untuk sebuah profesi, misalnya standarisasi profesi untuk menguji kelayakannya dengan kebutuhan lapangan, sertifikasi profesional, dan sebagainya.

II. Profesionalisme Analis Sistem

A. Memiliki latar pendidikan tertentu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang software engineer.

B. Memperbaharui dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya sesuai perkembangan teknologi.

C. Memiliki kompetensi dan tanggung jawab pribadi.

Referensi

* Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius.

* Simarmata, Janner. 2008. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

* Wahyono, Teguh. 2009. Etika Komputer: Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. 702.